Latest Posts

26 Maret 2012

IMLA Medan Pulang Kampung

Mulai dari Sosialisasi IMLA ke SMA, hingga Gowes bersama...

Ikatan Mahasiswa Langsa - IMLA MEDAN dalam beberapa hari ini mengadakan acara pulang kampung bersama ke tanah kelahiran  Kota Langsa. Dalam mengisi acara saweu gampong (pulang kampung) pengurus IMLA MEDAN melakukan rangkaian kegiatan yaitu sosialisasi IMLA MEDAN ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota langsa dan Gowes Bersama.

Acara sosialisasi  diadakan di beberapa sekolah menengah atas (SMA) di kota langsa yaitu SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 1 langsa. Untuk acara sosialisasi IMLA di SMA N 3 belangsung pada hari Kamis, 22 Maret 2012 dan di SMA N 1 Langsa pada hari Sabtu, 24 Maret 2012. Ketua Umum IMLA-MEDAN, Nanda Azhar  mengatakan : “Acara sosialisasi IMLA  Medan  yang diadakan di beberapa SMA di kota Langsa bertujuan untuk memperkenalkan Paguyuban IMLA MEDAN  bagi siswa-siswi SMA khususnya bagi yang sudah kelas XII sehingga ketika mereka lulus dan berencana melanjutkan kuliah di kota Medan mereka mengetahui tentang keberadaan forum silaturrahim anak Langsa yaitu IMLA di Medan. Sehingga komunikasi dan kebersamaan calon mahasiswa/i langsa yang akan melanjutkan studi di Medan dapat terjalin  dengan harapan setidaknya para pengurus IMLA Medan  dapat membatu dan membimbing mereka ketika hendak kuliah di Medan, seperti mencari kos-kosan, proses pendaftaran di PTN/PTS di Kota Medan, dll. Nanda juga menambahkan,” pada saat berlangsungnya sosialisasi IMLA MEDAN ini antusias yang luar biasa ditunjukkan oleh siswa-siswi SMA yang mengikuti acara ini. Mulai dari keingintahuan mereka  tentang IMLA MEDAN hingga bagaimana cara mereka untuk bergabung di paguyuban mahasiswa Langsa serta kondisi pendidikan di Kota Medan.

Kepala sekolah SMA Negeri 3 Langsa Drs. H. Djalaluddin Raden, MM pada sambutannya mengatakan, “Acara sosialisasi yang dilakukan oleh pengurus IMLA ini sangat bermanfaat bagi siswa/i, karena ketika siswa/i ingin melanjutkan studi di Medan mereka telah mengetahui tentang keberadaan paguyuban anak Langsa di Medan yaitu IMLA. Beliau juga menambahkan hakekatnya ketika siswa/i langsa menuntut ilmu di luar daerah wawasan dan pengetahuan akan semakin bertambah baik itu di kota Medan. Harapan saya kepada pengurus IMLA agar acara sosialisasi seperti ini bisa tiap tahun di adakan dan dari saya dari pihak sekolah akan selalu mendukung kegiatan-kegiatan positif seperti ini.”

Pada kesempatannya Kepala sekolah SMA Negeri 1 Langsa, Drs. H. A. Samad Hasan, MBA mengatakan, “kegiatan sosialisasi seperti ini sangat bermanfaat bagi siswa/i karena bisa menambah informasi dan wawasan bagaimana kehidupan perkuliahan di kota Medan. Diharapkan ketika mereka lulus sekolah dan berkuliah di Medan dapat di bimbing oleh kakak-kakak pengurus IMLA MEDAN.

Gowes Bersama
Di samping acara sosialisasi, pengurus IMLA Medan bekerjasama dengan Langsa Fixed Gear (LFG) mengadakan kegiatan bersepeda. Kegiatan ini bernama Gowe Bersama IMLA & LFG dengan tema “Stop Global Warming, Hemat BBM, Perilaku Hidup Sehat.  Adapun isu yang diangkat oleh IMLA MEDAN dan LFG “Siapkah Langsa Menuju Hijau”.  Kegiatan ini berlangsung pada hari Jum’at, 23 Maret 2012 pukul 16.00 dengan titik kumpul di alun-alun Lapangan Merdeka Langsa.

Koordinator kegiatan Dwi Randa Pamela (ondes) mengatakan “acara gowes bersama ini bertujuan mengkampanyekan kepada masyarakat Langsa untuk mengurangi aktifitas yang dapat meningkatkan Iklim suhu bumi.” Stop Global Warming” (Save  our Earth), Hemat BBM dengan mengurangi aktifitas kendaraan bermotor , perilaku hidup sehat dengan membudayakan gerakan bersepeda (ngegowes) dan Langsa menuju hijau dengan menanam pohon demi masa depan Kota Langsa dan anak cucu kita (Go Green). Peserta pada kegiatan ini terdiri dari MTB Langsa, BMX, siswa/i SMA Se Kota Langsa, dan komunitas sepeda lainnya. Rangkaian kegiatan ini yaitu konvoi bersepeda mengelilingi jalan protokol kota Langsa dan di pusat kota langsa, peserta membagikan selebaran sesuai tema acara kepada masyarakat. “tambah ondes”.

read more...

08 September 2010

Buka Puasa Bersama Memper-erat Silahturahmi

Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Langsa (IMLA- Medan) Menggelar Acara Buka Puasa Bersama yang bertempat di Café Stroom Kota Langsa, Minggu (5/10).

Kegiatan ini merupakan kegiatan Rutin yang dilakukan pengurus IMLA Medan Bersama Anggota yang bertujuan mengikat erat tali silahturahmi sesama anak Kota Langsa di perantauan kata Fachmi Jerock Selaku Ketua Panitia.

Dan juga kali ini pengurus IMLA Medan mengadakan buka puasa bersama dengan senior IMLA Medan yang bertujuan agar adanya estapeta dalam menjalankan organisasi kedepannya. Selain itu juga dalam upaya memperkenalkan anggota baru kepada para Senior IMLA Medan. Kata Ketua IMLA MEDAN Rizkie Maulana.

Bersama Kita Per-erat tali Persaudaraan Demi Kota Langsa yang Lebih Baik

read more...

11 Agustus 2010

Asmara Subuh Tradisi yang keliru

Kali ini kami ingin memberitahukan sesuatu yang salah di Bulan Ramadhan namun dianggap benar karena dilakukan oleh umum (kalangan muda-mudi). Setiap selesai menunaikan ibadah shalat subuh, para muda - mudi akan melakukan ritual lain, yakni Asmara Subuh. Kita sudah mendengar istilah ini sejak SLTP, artinya sudah lama berkembang di masyarakat bahwa ada acara lain yang lebih asyik setelah shalat subuh di Bulan Ramadhan.

Kata “asmara subuh” sendiri merujuk kepada suatu kegiatan yang dilakukan selepas shalat subuh oleh pasangan muda - mudi (yang berpacaran) pada Bulan Ramadhan. Pun keadaan ini hanya muncul setahun sekali yakni Bulan Puasa. Dengan alasan olahraga atau jogging, jadilah mereka berduaan sepanjang subuh hingga pagi.

Ini memang sebuah penyakit, akut dan menular. Bagaimana mungkin acara maksiat dapat menjadi kegiatan yang turun temurun dilakukan dibulan Ramadhan yang suci. Bulan yang harusnya kesuciannya dijaga malah dirusak oleh kegiatan asyik masyuk sebagian muda - mudi yang tengah dimabuk asmara. kita tidak tahu apakah Asmara Subuh juga berlaku di kota lain negeri ini. Bukannya di Bulan Suci ini kita harusnya memperbanyak ibadah, membaca Al- Quran, Zikir dan amal ibadah lainnya ?

Mari jaga diri dan keluarga kita dari hal yang tidak bermanfaat, apalagi dosa.
read more...

10 Agustus 2010

Berapa Jumlah Rakaat Shalat Tarawih?

Rasulullah saw menganjurkan kepada kita untuk menghidupkan malam Ramadhan dengan memperbanyak sholat. Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Nabi saw. Sangat mengajurkan qiyam ramadhan dengan tidak mewajibkannya. Kemudian Nabi saw. Bersabda, “Siapa yang mendirikan shalat di malam Ramadhan dengan penuh keimanan dan harapan, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” (muttafaq alaih)

Dan fakta sejarah memberi bukti, sejak zaman Rasulullah saw. hingga kini, umat Islam secara turun temurun mengamalkan anjuran Rasulullah ini. Alhamdulillah. Tapi sayang, dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan di beberapa hal yang kadang mengganggu ikatan ukhuwah di kalangan umat. Seharusnya itu tak boleh terjadi jika umat tahu sejarah disyariatkannya shalat tarawih.

Pada awalnya shalat tarawih dilaksanakan Nabi saw. dengan sebagian sahabat secara berjamaah di Masjid Nabawi. Namun setelah berjalan tiga malam, Nabi membiarkan para sahabat melakukan tarawih secara sendiri-sendiri. Hingga dikemudian hari, ketika menjadi Khalifah, Umar bin Khattab menyaksikan adanya fenomena shalat tarawih terpencar-pencar di dalam Masjid Nabawi. Terbersit di benak Umar untuk menyatukannya.Umar memerintahkan Ubay bin Kaab untuk memimpin para sahabat melaksanakan shalat tarawih secara berjamaah. ‘Aisyah menceritakan kisah ini seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Untuk selengkapnya silahkan lihat Al-Lu’lu War Marjan: 436. berdasarkan riwayat itulah kemudian para ulama sepakat menetapkan bahwa shalat tarawih secara berjamaah adalah sunnah.

Bahkan, para wanita pun dibolehkan ikut berjamaah di masjid, padahal biasanya mereka dianjurkan untuk melaksanakan shalat wajib di rumah masing-masing. Tentu saja ada syarat: harus memperhatikan etika ketika di luar rumah. Yang pasti, jika tidak ke masjid ia tidak berkesempatan atau tidak melaksanakan shalat tarawih berjamaah, maka kepergiannya ke masjid tentu akan memperoleh kebaikan yang banyak.

Jumlah Rakaat

Berapa rakaat shalat tarawih para sahabat yang diimami oleh Ubay bin Kaab? Hadits tentang kisah itu yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tidak menjelaskan hal ini. Begitu juga hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah. Hanya menyebut Rasulullah saw. shalat tarawih berjamaah bersama para sahabat selama tiga malam. Berapa rakaatnya, tidak dijelaskan. Hanya ditegaskan bahwa tidak ada perbedaan jumlah rakaat shalat malam yang dilakukan Rasulullah di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan. Jadi, hadits ini konteksnya lebih kepada shalat malam secara umum. Maka tak heran jika para ulama menjadikan hadits ini sebagai dalil untuk shalat malam secara umum. Misalnya, Iman Bukhari memasukkan hadits ini ke dalam Bab Shalat Tahajjud. Iman Malik di Bab Shalat Witir Nabi saw. (Lihat Fathul Bari 4/250 dan Muwattha’ 141).

Inilah yang kemudian memunculkan perbedaan jumlah rakaat. Ada yang menyebut 11, 13, 21, 23, 36, bahkan 39. Ada yang berpegang pada hadits ‘Aisyah dalam Fathul Bari, “Nabi tidak pernah melakuka shalat malam lebih dari 11 rakaat baik di bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan.”

Sebagian berpegang pada riwayat bahwa Umar bin Khattab –seperti yang tertera di Muwattha’ Imam Malik—menyuruh Ubay bin Kaab dan Tamim Ad-Dari untuk melaksanakan shalat tarawih 11 rakaat dengan rakaat-rakaat yang panjang. Namun dalam riwayat Yazid bin Ar-Rumman dikabarkan jumlah rakaat shalat tarawih yang dilaksanakan di zaman Umar adalah 23 rakaat.

Dalam kitab Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq, Imam At-Tirmidzi menyatakan bahwa Umar, Ali, dan sahabat lainnya melaksanakan shalat tarawih 20 rakaat selain witir. Pendapat ini didukung Imam At-Tsauri, Imam Ibnu Mubarak, dan Imam Asy-Syafi’i.

Di Fathul Bari ditulis bahwa di masa Umar bin Abdul Aziz, kaum muslimin shalat tarawih hingga 36 rakaat ditambah witir 3 rakaat. Imam Malik berkata bahwa hal itu telah lama dilaksanakan.

Masih di Fathul Bari, Imam Syafi’i dalam riwayat Az-Za’farani mengatakan bahwa ia sempat menyaksikan umat Islam melaksanakan shalat tarawih di Madinah dengan 39 rakaat dan di Makkah 33 rakaat. Menurut Imam Syafi’i, jumlah rakaat shalat tarawih memang memiliki kelonggaran.

Dari keterangan di atas, jelas akar persoalan shalat tarawih bukan pada jumlah rakaat. Tapi, pada kualitas rakaat yang akan dikerjakan. Ibnu Hajar berkata, “Perbedaan yang terjadi dalam jumlah rakaat tarawih mucul dikarenakan panjang dan pendeknya rakaat yang didirikan. Jika dalam mendirikannya dengan rakaat-rakaat yang panjang, maka berakibat pada sedikitnya jumlah rakaat; dan demikian sebaliknya.”

Imam Syafi’i berkata, “Jika shalatnya panjang dan jumlah rakaatnya sedikit itu baik menurutku. Dan jika shalatnya pendek, jumlah rakaatnya banyak itu juga baik menurutku, sekalipun aku lebih senang pada yang pertama.” Selanjutnya beliau mengatakan bahwa orang yang menjalankan tarawih 8 rakaat dengan 3 witir dia telah mencontoh Rasulullah, sedangkan yang menjalankan tarawih 23 rakaat mereka telah mencontoh Umar, generasi sahabat dan tabi’in. Bahkan, menurut Imam Malik, hal itu telah berjala lebih dari ratusan tahun.

Menurut Imam Ahmad, tidak ada pembatasan yang signifikan dalam jumlah rakaat tarawih, melainkan tergantung panjang dan pendeknya rakaat yang didirikan. Imam Az-Zarqani mengkutip pendapat Ibnu Hibban bahwa tarawih pada mulanya 11 rakaat dengan rakaat yang sangat panjang, kemudian bergeser menjadi 20 rakaat tanpa witir setelah melihat adanya fenomena keberatan umat dalam melaksanakannya. Bahkan kemudian dengan alasan yang sama bergeser menjadi 36 rakaat tanpa witir (lihat Hasyiyah Fiqh Sunnah: 1/195)

Jadi, tidak ada alasan sebenarnya bagi kita untuk memperselisihkan jumlah rakaat. Semua sudah selesai sejak zaman sahabat. Apalagi perpecahan adalah tercela dan persatuan umat wajib dibina. Isu besar dalam pelaksanaan shalat tarawih adalah kualitas shalatnya. Apakah benar-benar kita bisa memanfaatkan shalat tarawih menjadi media yang menghubungkan kita dengan Allah hingga ke derajat ihsan?

Cara Melaksanakan Tarawih

Hadits Bukhari yang diriwayatkan Aisyah menjelaskan cara Rasulullah saw. melaksanakan shalat malam adalah dengan tiga salam. Jadi, dimulai dengan 4 rakaat yang sangat panjang lalu ditambah 4 rakaat yang panjang lagi kemudian disusul 3 rakaat sebagai witir (penutup).

Boleh juga dilakukan dengan dua rakaat dua rakaat dan ditutup satu rakaat. Ini berdasarkan cerita Ibnu Umar bahwa ada sahabat bertanya kepada Rasulullah saw. tentang cara Rasulullah saw. mendirikan shalat malam. Rasulullah saw. menjawab, “Shalat malam didirikan dua rakaat dua rakaat, jika ia khawatir akan tibanya waktu subuh maka hendaknya menutup dengan satu rakaat (muttafaq alaih, lihat Al-Lu’lu War Marjan: 432). Rasulullah saw. sendiri juga melakukan cara ini (lihat Syarh Shahih Muslim 6/46-47 dan Muwattha’: 143-144).

Dari data-data di atas, Ibnu Hajar menyimpulkan bahwa Rasulullah saw. kadang melakukan witir dengan satu rakaat dan kadang tiga rakaat.

Jadi, sangat tidak pantas jika perbedaan jumlah rakaat shalat tarawih menjadi isu yang pemecah persatuan umat.

Oleh: Mochamad Bugi
Sumber: Dakwatuna
read more...

06 Agustus 2010

Marhaban ya Ramadhan

Seluruh umat Islam kini menyerukan 'Marhaban Ya Ramadhan, Marhaban Ya Ramadhan", selamat datang Ramadhan, Selamat datang Ramadhan. Di masjid-masjid, musholla, koran-koran, stasiun televisi dan radio dan berbagai mailing list, ungkapan selamat datang Ramadhan tampil dengan berbagai ekpresi yang variatif.

Setiap media telah siap dengan dengan sederet agendanya masing-masing. Ada rasa gembira, ke-khusyu'-an, harapan, semangat dan nuansa spiritualitas lainnya yang sarat makna untuk diekpresikan. Itulah Ramadhan, bulan yang tahun lalu kita lepas kepergiannya dengan linangan air mata, kini datang kembali.

Sejumlah nilai-nilai dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa pun marak dikaji dan kembangkan. Ada nilai sosial, perdamaian, kemanusiaan, semangat gotong royong, solidaritas, kebersamaan, persahabatan dan semangat prularisme. Ada pula manfaat lahiriah seperti: pemulihan kesehatan (terutama perncernaan dan metabolisme), peningkatan intelektual, kemesraan dan keharmonisan keluarga, kasih sayang, pengelolaan hawa nafsu dan penyempurnaan nilai kepribadian lainnya. Ada lagi aspek spiritualitas: puasa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, ketaqwaan dan penjernihan hati nurani dalam berdialog dengan al-Khaliq. Semuanya adalah nilai-nilai positif yang terkandung dalam puasa yang selayaknya tidak hanya kita pahami sebagai wacana yang memenuhi intelektualitas kita, namun menuntut implementasi dan penghayatan dalam setiap aspek kehidupan kita.

Yang juga penting dalam menyambut bulan Ramadhan tentunya adalah bagaimana kita merancang langkah strategis dalam mengisinya agar mampu memproduksi nilai-nilai positif dan hikmah yang dikandungnya. Jadi, bukan hanya melulu mikir menu untuk berbuka puasa dan sahur saja. Namun, kita sangat perlu menyusun menu rohani dan ibadah kita. Kalau direnungkan, menu buka dan sahur bahkan sering lebih istemawa (baca: mewah) dibanding dengan makanan keseharian kita. Tentunya, kita harus menyusun menu ibadah di bulan suci ini dengan kualitas yang lebih baik dan daripada hari-hari biasa. Dengan begitu kita benar-benar dapat merayakan kegemilangan bulan kemenangan ini dengan lebih mumpuni.

Ramadhan adalah bulan penyemangat. Bulan yang mengisi kembali baterai jiwa setiap muslim. Ramadhan sebagai 'Shahrul Ibadah' harus kita maknai dengan semangat pengamalan ibadah yang sempurna. Ramadhan sebagai 'Shahrul Fath' (bulan kemenangan) harus kita maknai dengan memenangkan kebaikan atas segala keburukan. Ramadhan sebagai "Shahrul Huda" (bulan petunjuk) harus kita implementasikan dengan semangat mengajak kepada jalan yang benar, kepada ajaran Al-Qur'an dan ajaran Nabi Muhammad Saw. Ramadhan sebagai "Shahrus-Salam" harus kita maknai dengan mempromosikan perdamaian dan keteduhan. Ramadhan sebagai 'Shahrul-Jihad" (bulan perjuangan) harus kita realisasikan dengan perjuangan menentang kedzaliman dan ketidakadilan di muka bumi ini. Ramadhan sebagai "Shahrul Maghfirah" harus kita hiasi dengan meminta dan memberiakan ampunan.

Dengan mempersiapkan dan memprogram aktifitas kita selama bulan Ramadhan ini, insya Allah akan menghasilkan kebahagiaan. Kebahagiaan akan terasa istimewa manakala melalui perjuangan dan jerih payah. Semakin berat dan serius usaha kita meraih kabahagiaan, maka semakin nikmat kebahagiaan itu kita rasakan. Itulah yang dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi bahwa orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan.

Pertama yaitu kebahagiaan ketika ia "Ifthar" (berbuka). Ini artinya kebahagiaan yang duniawi, yang didapatkannya ketika terpenuhinya keinginan dan kebutuhan jasmani yang sebelumnya telah dikekangnya, maupun kabahagiaan rohani karena terobatinya kehausan sipritualitas dengan siraman-siraman ritualnya dan amal sholehnya.

Kedua, adalah kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya. Inilah kebahagian ukhrawi yang didapatkannya pada saat pertemuannya yang hakiki dengan al-Khaliq. Kebahagiaan yang merupakan puncak dari setiap kebahagiaan yang ada.

Akhirnya, hikmah-hikmah puasa dan keutamaan-keutaman Ramadhan di atas, dapat kita jadikan media untuk bermuhasabah dan menilai kualitas puasa kita. Hikmah-hikmah puasa dan Ramadhan yang sedemikian banyak dan mutidimensional, mengartikan bahwa ibadah puasa juga multidimensional. Begitu banyak aspek-aspek ibadah puasa yang harus diamalkan agar puasa kita benar-benar berkualitas dan mampu menghasilkan nilai-nilai positif yang dikandungnya. Seorang ulama sufi berkata "Puasa yang paling ringan adalah meninggalkan makan dan minum". Ini berarti di sana masih banyak puasa-puasa yang tidak sekedar beroleh dengan jalan makan dan minum selama sehari penuh, melainkan 'puasa' lain yang bersifat batiniah.

Semoga dengan mempersiapkan diri kita secara baik dan merencanakan aktifitas dan ibadah-ibadah dengan ihlas, serta berniat "liwajhillah wa limardlatillah", karena Allah dan karena mencari ridha Allah, kita mendapatkan kedua kebahagiaan tersebut, yaitu "sa'adatud-daarain" kebahagiaan dunia dan akherat. Semoga kita bisa mengisi Ramadhan tidak hanya dengan kuantitas harinya, namun lebih dari pada itu kita juga memperhatikan kualitas puasa kita.
read more...

Walikota Harus Rombak SKPK

Dalam upaya peningkatan peran Satuan Kerja Perangkat Kota (SKPK atau SKPD) untuk mendukung program pembangunan Pemerintah Kota (Pemko) Langsa, diperlukan adanya sinergisitas dukungan dari kepala SKPK terkait.

Namun sayangnya yang terjadi SKPK saat ini dinilai bukanlah mendukung tapi malah semakin mempersulit gerakan program pembangunan daerah. Karenanya Kosorsium LSM Kota Langsa meminta Walikota untuk segera merombak SKPK demi jalannya program kerja yang telah dicanangkan, Kamis (5/8).

Demikian pernyataan dari konsorsium LSM untuk Langsa yang terdiri dari lima LSM masing-masing LSM Komunitas Rumoh Aceh, LSM LAPPAN, LSM JPKL, LSM SMS dan LSM MP3S yang disampaikan kepada Metro Aceh di Langsa.

Menurut para pegiat LSM ini, seharusnya SKPK yang mengetahui terjadinya devisit anggaran dapat meminimalisir kejadian tersebut dengan membuat program-program yang menyentuh langsung kepada masyarakat dengan dana seefisien mungkin, sehingga solusi defisit tidak menjadi kendala dan program kepada masyarakat tetap terlaksana.

“Ini salah satu indikasi bahwa SKPK yang ada saat ini tidak mendukung program percepatan pembangunan berbasis masyarakat sebagaimana visi misi Walikota. Dimana dengan kondisi keuangan yang terjepit malah sejumlah SKPK terus mengupayakan berbagai pekerjaan yang tidak menyentuh kepentingan langsung masyarakat serta menyedot anggaran besar,” demikian penilaian dari hasil konsorsium LSM untuk Langsa.

Karenanya, menanggapi perkembangan yang semakin sulit tersebut maka masing-masing pimpinan konsorsium LSM untuk Langsa, Putra Zulfirman dari LSM Komunitas Rumoh Aceh, Fauzi Yusuf dari LSM LAPPAN, Irwan dari LSM JPKL, Darkasyi dari LSM SMS, Riswandar dari LSM MP3S meminta Walikota untuk segera merombak Kepala SKPK Kota Langsa dan menempatkannya sesuai dengan kemampuan dan bidang masing-masing.

Selain itu kepada DPRK konsorsium LSM ini juga meminta fungsi legislasi harus lebih ditingkatkan dan harus mampu memfasilitasi anggota dewan dalam bekerja dan mengerti tentang administrasi seperti melakukan koordinasi dengan SKPK dalam pengumpulan data untuk agenda rapat. (dai)

dikutip dari harian Rakyat Aceh
read more...